Audiovisual Methods in Language Teaching

A. Pendahuluan
Bahasa memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari yang bertujuan untuk interaksi, penyampaian ide maupun informasi. Bisa dibayangkan bagaimana kesulitan yang akan dihadapi oleh manusia jika tanpa bahasa. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan dasar mengapa manusia memerlukan sebuah pengajaran bahasa, sebagai proses lanjutan dari pemerolehan bahasa.
Pendidikan bahasa modern dimulai sejak 500 tahun yang lalu, dan bahasa Latin menjadi “kiblat”-nya serta menjadi satu-satunya bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa komunikasi internasional. Pada akhir abad ke-16 ketika hegemoni bangsa latin mulai berkurang, pada saat itu pula kajian-kajian terhadap bahasa Latin lama-kelamaan menjadi berkurang dan posisinya digantikan oleh bahasa Perancis, Itali dan Inggris, dengan hanya memberlakukan bahasa Latin menjadi bagian dari subyek kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah di negara barat. Kelas-kelas tata bahasa hanya difokuskan pada pengajaran aspek-aspek gramatikal saja, sedangkan pada kelas lanjutan mereka mendapat tambahan pengajaran pada aspek retorika kebahasaan.
Inovasi pengajaran bahasa modern mulai pada abad ke-19, dan mengalami perkembangan yang sangat pesat pada abad ke-20, berbagai macam metodologi dan improvisasi metode pengajaran muncul dan berkembang pesat pada masa itu. Tidak sedikit, metode yang satu bertentangan dengan metode yang sedang dikembangkan oleh para tokoh dan ilmuwan bahasa lainnya. Perkembangan pengajaran bahasa, sempat diwarnai oleh rivalitas dari dua kutub ilmuwan bahasa yang masing-masing memiliki cara pandang yang saling berseberangan satu dengan yang lain, dua kutub ilmuwan itu adalah ilmuwan empiris dan ilmuwan rasional teroitis. Ilmuwan empiris, seperti Jesperson, Palmer dan Bloomfield, menganggap bahwa pada dasarnya kemahiran bahasa berasal dari bentuk-bentuk pembiasaan yang diformulasikan (dikondisikan), dalam bentuk yang lebih ekstrim, dapat dikatakan bahwa kita mempelajari bahasa pada dasarnya sama dengan makhluk hidup lain mempelajari “bahasa” mereka sendiri yang secara esensi sama sepeti tingkah laku kita dalam berkmunikasi anatara satu dengan yang lain. Berdasar pada pendapatnya ini ilmuwan-ilmuwan empiris kemudian mempromosikan model-model pengajaran bahasa dengan lebih menekankan pada proses meniru (mimikri) dan hafalan (memorization) melalui kegiatan drill.
Metode pengajaran bahasa terus mengalami perkembangannya hingga sekarang, berbagai macam metodologi pengajaran bahasa yang lebih modern, yang lebih mengedepankan keterampilan berbahasa, serta relevansinya dengan kebutuhan peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dengan berbagai macam pendekatan terus diupayakan dan dikembangkan. Perkembangan ini pun tidak lepas dari jasa beberapa tokoh yang telah meletakkan prinsip-prinsip dasar pengajaran bahasa. Antara lain seperti Henry Sweet (1845-1912), Otto Jespersen (1860-1943) dan Harold Palmer (1877-1949).
Pembelajaran bahasa memiliki beberapa metode atau cara yang dapat digunakan untuk mempelajari suatu bahasa. Salah satu diantaranya adalah dengan metode audiovisual. Seperti halnya metode-metode lain, metode ini juga bertujuan untuk mempermudah para pembelajar dalam proses pembelajaran suatu bahasa dengan menitikberatkan pada perangkat-perangkat visual, audio, dan lingual (bahasa).
B. Metode Audiovisual
1. Pengertian
Metode audio visual merupakan metode yang mengajarkan bahasa dengan memanfaatkan alat pandang dengar seperti video, kartu, tape recorder, atau program televisi sehingga pengajaran menjadi lebih hidup dan menarik (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 44). Sedangkan menurut Muthoharoh (2010), metode audio visual adalah sebuah cara menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan media pengajaran yang dapat memperdengarkan atau memperagakan bahan-bahan tersebut sehingga siswa dapat menyaksikan, mengamati, memegang atau merasakan secara langsung.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode audio visual merupakan sebuah metode pengajaran yang menggunakan media audio visual. Metode ini memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa karena dapat melihat, mendengar, meraba, mengamati secara langsung tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Penggunaan media, dalam hal ini bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
Sejarah metode audiovisual ini berkembang di Prancis pada awal tahun 1950an. Media yang digunakan berupa film strip, yaitu serangkaian gambar pada 35 mm film positip dalam urutan tertentu. Untuk memproyeksikannya ialah dengan menggunakan proyektor film strip.
2. Tahapan pada Metode Audiovisual

Berikut ini merupakan beberapa tahapan dalam metode audiovisual (Hamid,1987:128-129).

1. Pelajaran dimulai dengan filmstrip dan penyuguhan tape. Rekaman bunyi memberikan dialog yang diatur gayanya dan komentar naratif. Kerangka filmstrip sesuai dengan tuturan. Dengan kata lain gambaran visual dan tuturan lisan saling melengkapi dan membentuk unit semantik
2. Guru menjelaskan pelajaran secara eksplisit dengan menunjukan demonstrasi, mendengarkan selektif, dan tanya jawab.
3. Dialog diulang beberapa kali dan diingat dengan pemutaran ulang dari rekaman dan filmstrip atau dengan latihan di laboratorium bahasa.
4. Pada fase pengembangan (eksploitasi atau transposisi ) disuguhkan tanpa menggunakan rekaman dan siswa diberikan perintah untuk mengingat komentar atau membuat komentar sendiri , atau bahan skenario dimodifikasi dan diterapkan pada siswa sendiri, keluarga atau kawannya dengan jalan tanya jawab atau permainan peran.
Metode ini merupakan proses belajar non-analitis artinya siswa didorong untuk menyerap secara global tuturan yang ia dengar dari tape dalam kaitannya dengan apa yang dia lihat dilayar, dengan kata lain bukan menganalisis, begitu juga pada pembelajaran fonologi dan tata bahasa. Metode audiovisual sangat responsif dan bertanggung jawab guna memanfaatkan teknologi untuk keuntungan belajar bahasa. Seperti halnya metode audiolingual, metode ini juga mendasarkan pada prinsip-prinsip linguistik dan psikologis yang dicanangkan. Namun demikian, dalam metode ini juga terdapat beberapa kesulitan dalam mentransfer makna, karena jika yang dipakai adalah film strip para pelajar bisa saja salah menafsirkan.
3. Media audiovisual
Salah satu ciri dari metode audiovisual adalah penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran. Secara umum media mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut (Riyana, 2008: 28).
1. Memperjelas pesan supaya tidak verbalitas.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.
3. Menimbulkan semangat belajar, karena dimungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.
5. Memberikan rangsangan, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.
Selain fungsi di atas, media juga mempunyai nilai dan manfaat sebagai berikut (Riyana, 2008: 29):
1. Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang bersifat abstrak akan sulit dijelaskan secara verbal, sehingga perlu dibuat menjadi lebih konkrit dengan cara disederhanakan melalui media pengajaran supaya siswa mampu memahami konsep tersebut.
2. Menghadirkan objek-objek yang berbahaya dan sulit didapat ke lingkungan belajar.
3. Menampilkan objek yang sangat besar (misalnya pesawat, kapal laut, pasar, dan lain-lain) dan yang sangat kecil (misalnya bakteri, virus, semut, nyamuk, dan sebagainya).
4. Memperlihatkan gerak yang terlalu cepat atau lambat. Dengan menggunakan teknik gerakan lambat (slow motion) pada media film dapat diperlihatkan lintasan peluru, melesatnya anak panah, dan lain-lain.
Macam-macam media yang dapat digunakan pada metode audio visual adalah sebagai berikut.
a. Media Audio
Media audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata (Setyosari dan Sihkabuden, 2005).
Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitude yang berubah secara kontinyu terhadap waktu. Suara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 966) di antaranya berarti bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia, bunyi binatang, ucapan (perkataan), dan bunyi bahasa (bunyi ujar). Dari itu, dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio ini bisa menyampaikan pesan verbal maupun non verbal. Pesan verbal berupa bahasa lisan atau kata-kata, sedangkan pesan non verbal berwujud bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain.
Untuk dapat menggunakan perangkat audio sebagai media pembelajaran, maka ada baiknya mengenal peralatan audio tersebut, terutama peralatan yang mampu merekam suara, antara lain adalah sebagai berikut.
a. Phonograph (Gramaphone)
Alat rekam ini menggunakan cakram datar yang disebut gramafon (gramaphone), yang kemudian dikenal dengan nama piringan hitam (record), yang telah berkali-kali mengalami perkembangan pembuatannya. Piringan hitam ini, mampu merekam berbagai macam suara mulai dari ucapan kata-kata, suara badai, kicau burung, musik atau simfoni dan lain-lain.hanya saja piringannya mudah tergores dan aus serta diameternya yang besar. Alat ini cocok digunakan untuk musik, drama, puisi, dongeng, tutur cerita dan lain-lain.
b. Open Reel Tapes
Kelebihan program audio yang menggunakan pita Open Reel Tape Recorder ialah kualitas suaranya lebih bagus dibandingkan dengan pita kaset. Open Reel Tape Recorder ini, ada yang menggunakan sestem full track (mono) dan yang menggunakan sistem stereo. Namun pada umumnya program-program audio diperbanyak dalam bentuk mono.
c. Cassette Tape Recorder
Perekam kaset audio ini adalah yang paling popular dalam masyarakat. Untuk berbagai keperluan maka dibuat pita kaset dalam beberapa kualitas, yaitu dari yang paling rendah, normal dan metal. Namun umumnya program audio (untuk pendidikan), dibuat di atas pita kaset normal.
d. Compact Disc (CD)
Inovasi secara revolusioner di dunia audio rekam terjadi pada tahun 1979, yakni ahirnya compact disc (CD) sebagai hasil percampuran computer dan tenaga laser. Compact Disc atau cakram padat adalah sebuah piringan optical yang digunakan untuk menyimpan data secara digital. Teknologi cakram padat kemudian diadopsi untuk digunakan sebagai alat penyimpan data yang dikenal sebagai CD-ROM.
e. Radio
Radio adalah satu alat komunikasi electro magnetic untuk mengirim dan menerima pesan suara dengan menggunakan sistem gelombang suara melalui udara. Pemancar radio mengubah, atau melakukan modulasi gelombang radio agar dapat menyampaikan informasi. Dalam dunia pendidikan, hingga kini radio masih digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya untuk program pembelajaran jarak jauh. Penggunaan radio sebagai media pendidikan tidak perlu diragukan lagi peranannya, hal ini disebabkan karena radio memiliki daya jangkauan yang luas. Secara umum, media audio memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media radio antara lain bersifat fleksibel, relatif murah, ringkas, mudah dibawa (portable). Sedangkan keterbatasannya adalah memerlukan peralatan khusus, memerlukan kemampuan atau ketrampilan khusus untuk pemanfaatannya.
b. Media Visual
Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual. Konotasi media visual dalam pengajaran memiliki pengertian yang sangat luas, karena pada dasarnya media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran hampir semuanya dapat dinikmati oleh indera penglihatan kita. Dalam bahasan ini media visual yang dimaksud, adalah media yang penampilan materialnya dengan menggunakan alat proyeksi atau proyektor, karena melalui media ini perangkat lunak (soft ware) yang melengkapi alat proyeksi ini akan dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi yang diinginkan.
Berdasarkan fungsi penggunaannya media visual hasil bias elektronik dapat diklasifikasikan menjadi media visual tak bergerak (diam) ialah media yang dapat menampilkan atau membiaskan gambar diam pada layar, seperti: Overhead Projector (OHP), Opaque Projector, slides dan film strip. Sedangkan media visual yang bergerak ialah media yang dapat menampilkan atau membiaskan gambar atau bayangan yang dapat bergerak di layar bias, seperti: bias gambar-gambar yang ditampilkan oleh motion picture film dan loop film. Masing-masing media, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak dilihat penggunaannya tak lepas dari kelebihan dan keterbatasan yang ada, tergantung pada situasi dan kondisi pengoperasiannya. Beberapa media visual adalah sebagai berikut.
1. Overhead Projector (OHP) dan Transparansi
Overhead Projector atau OHP merupakan sebuah alat yag mampu memproyeksikan materi yang terdapat pada transparansi. Salah satu keuntungan dari pemakaian OHP adalah transparansi dapat ditulis secara manual maupun dicetak.
2. Opaque Projector
Opaque Projector ialah alat proyeksi yang dapat mempro-yeksikan bendabenda atau bahan yang tidak tembus cahaya seperti gambar, photo, tulisan bahkan benda asli yang berukuran kecil yang dapat ditempatkan pada alat tersebut dapat diproyeksikan pula
3. Slides (Film Bingkai)
Slides adalah bidang transparan yang bergambar. Bidang transparan itu dapat berupa kaca, plastik jernih atau seluloid. Gambar transparan tersebut kemudian diproyeksikan melalui alat yang disebut slides projector. Gambarnya bisa berupa hasil lukisan tangan, tetapi pada umumnya merupakan hasil pemotretan yaitu dengan menggunakan film 35 mm khusus untuk membuat slide. Tiap gambar diberi bingkai dan bingkai ini biasanya sudah dipersiapkan oleh toko yang menjual alat-alat photografi.
4. Film Strip (Film Rangkai)
Film strip adalah serangkaian gambar pada 35 mm film positip dalam urutan tertentu. Untuk memproyeksikannya ialah dengan menggunakan proyektor film strip. Dewasa ini ada pula proyektor film strip yang dikombinasikan untuk proyektor slide.
5. Microprojection, Microfilm, dan Microcard
Microprojection adalah film hasil pemotretan dari benda-benda mikro yang telah diperbesar dengan alat microscope dan dengan proyektor khusus untuk itu gambar dapat diproyeksikan ke layar.
6. Loop Film
Loop film adalah jenis film (motion picture film) dari ukuran 8 mm atau 16 mm yang ujung-ujungya saling bersambung, sehingga film ini akan berputar terus berulang-ulang bila tidak dimatikan. Loop film yang berukuran 8 mm lebih praktis karena dirancang dalam bentuk kaset, lama putarnya berkisarnya antara 3–4 menit. Karena tidak bersuara, maka guru harus memberi narasi atau komentar sementara film berputar.
c. Media Audio-Visual
Media audio-visual disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.
Menurut Anderson (1994:99), media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.
Masih menurut Anderson (1994:103-105) bahwa dalam media video terdapat kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a. Kelebihan media video:
1. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual
2. Dapat digunakaan seketika.
3. Digunakan secara berulang.
4. Dapat menyajiakn materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas
5. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya
6. Dapat menyajikan obyek secara detail
7. Tidak memerlukan ruang gelap
8. Dapat di perlambat dan di percepat
9. Menyajikan gambar dan suara
b. Kelemahan media video :
1. Sukar untuk dapat direvisi
2. Relatif mahal
3. Memerlukan keahlian khusus

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Audiovisual
Sebagai sebuah metode yang menggunakan media audiovisual dalam pelaksanaan pengajaran, maka metode audiovisual memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan metode yang lain, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Mampu mengakomodasi semua siswa. Setiap siswa mempunyai kecenderungan masing-masing dalam belajar, ada yang bersifat audio, visual, dan audiovisual. Pada metode audiovisual ini materi tidak hanya disajikan secara audio saja, tetapi juga secara visual, sehingga dapat mengakomodasi semua siswa.
2. Siswa dapat menyaksikan, mengamati, serta mengucapkan materi yang disampaikan oleh guru secara langsung.
3. Pelajaran menjadi menarik karena disampaikan dengan menggunakan media.
4. Secara maksimal mampu menghindarkan pengajaran verbalisme, sehingga konsep-konsep yang abstrak tetap dapat dimengerti oleh siswa.
5. Adanya media audiovisual membantu pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru.
6. Kemampuan berbahasa lisan siswa meningkat.
7. Siswa mampu menguasai struktur dan pola kalimat.
Seperti dua sisi mata uang, selain memiliki kelebihan-kelebihan seperti di atas, metode audiovisual juga memiliki kekurangan antara lain sebagai berikut.
1. Adanya drilling membuat siswa merasa bosan karena pengulangan hal yang sama.
2. Siswa mampu menguasai struktur dan pola kalimat dengan baik, tetapi tidak mampu berkreasi dengan apa yang telah dikuasai dan kesulitan menerapkan struktur dan pola kalimat yang telah dikuasai tersebut dengan lancar dalam situasi percakapan sehari-hari.
3. Ada kecenderungan untuk menganggap media audio visual sebagai sebuah metode pengajaran, bukan sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi.
4. Metode audiovisual hanya dapat digunakan untuk mengajarkan sebuah materi atau struktur yang baru. Keterampilan guru untuk mengasimilasi supaya siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan baru, tetapi bagaimana mengaplikasikan pengetahuan baru tersebut. Fase akhir ini cenderung diabaikan oleh guru.
5. Kemampuan berbahasa siswa adalah kemampuan lisan, sedangkan kemampuan menulis dan mambaca tidak berkembang secara maksimal.
6. Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang, karena selain menyiapkan materi, guru juga harus menyiapkan media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
C. KESIMPULAN
Metode audiovisual merupakan sebuah metode pengajaran yang menggunakan media audio visual. Metode ini memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa karena dapat melihat, mendengar, meraba, mengamati secara langsung tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Penggunaan media, dalam hal ini bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Jenis-jenis media yang digunakan pada metode ini adalah media visual, media audio, dan media audiovisual. Penggunaan metode audiovisual selain dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa juga membuat pengajaran menjadi lebih menarik sehingga minat belajar siswa meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ronald.H. 1994. Pemilihan dan Pengembangan media Video Pembelajaran. Jakarta : Grafindo Pers.
Asher, J. (1982). Learning Another Language Through Actions (2nd ed.). Los Gatos, CA: Sky Oaks Productions.
Hamid, Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar. Bandung: P2LPTK.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Littlewood, W. 1992. Teaching Oral Communication: A Methodological Framework. Oxford: Blackwell.
Muthoharoh, Hafiz. 2010. Metode Audiovisual. http://alhafiz.wordpress.com/2010/01/29/metode-audio-visual/. Diunduh pada tanggal 25 November 2012.
Riyana, Cepi. 2008. Konsep dan Aplikasi Media Pembelajaran. Makalah, disampaikan pada Kegiatan Pengabdian Masyarakat.
Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Penerbit Elang Mas.
Malang.
Stevick, E. (1998). Working with Teaching Methods: What’s at Stake?. Boston: Heinle &   Heinle.

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Leave a comment